Dia: “Dia parah banget, Prim. Dia nggak suka ngejabarin sesuatu. Dia itu maunya dikasih clue (petunjuk) dikit, kita ngerti. Bagi dia, aku rese karena aku ingin banget tau apa yang dia pikirin. Gimana nggak? Kelakuannya itu bikin aku penasaran. Aku ingin semua jelas, dijabarkan rapi. Dan dia nggak suka ngomong langsung. Ibarat kotak, Prim. Di dalam kotak itu ada kotak lagi yang ada isinya. Jadi kalimatnya itu ada maksud lain. Dia kalo suka sama orang, loyal banget. Tapi sekali benci, benci banget.” Aku: (ketawa) “Sejujurnya, aku ngerti maksud dia. Aku gitu soalnya. Haha. Kalau kata ilmu psikologi dan SDM-ku sih, dia orang perasa, feeling (F). Sementara kamu itu orangnya pemikir, thinking (T). Jadi bentrok. Kamu dekat sama dia, jadi dia percaya kamu bisa tahu tanpa harus dia menjabarkan panjang-panjang. Menjabarkan sesuatu terperinci itu susah lho bagi dia.” Dia: “Nggak enak, Prim digituin. Kamu jangan gitu, Prim.” Aku: “Aku melihat di sisi dia, nggak enak juga tau dikepoin begitu