Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2014

Kafe Kenangan Masa Lalu (sebuah naskah)

Kafe Kenangan Masa Lalu Inget ini: Orang 1   : "Eh, kira-kira bisnis apa, ya, yang enak?" Orang 2   : "Gimana kalo bisnis kafe?" Mala         : "Woy, uang siapa?" Orang 1   : "Gampang. Ni rumahnya Prima 'kan kayak zaman Belanda nih. Kita buka aja konsep museum." Orang 2   : "Iya. Apalagi banyak barang tua di sini. Liat aja. Ada kenceng zaman dinansti Cing. Sutil zaman dinosaurus. Kalo ni ulekan dari zaman kapan, Prim? Zaman manusia purba, ya?" (semua tertawa) Aku           : "Beuh, parah! Hina aja terus. Ngambeklah!" (pura-pura ngambek) Mala         : "Prim, ngambek?" Aku           : "Nggak, biasa adjahh." (agak dibuat alay) Mala         : "Nah, doa orang teraniaya 'kan mustajab, Prim. Doain gw (sensor)." Orang 2   : "Doain gw cepet lulus." Orang 1   : "Doain gw kaya." Aku           : "Beuh. Kalo mancing ke sungai sana. Jangan m

Fragmen #20

# Everything is about endurance... # "You have to do the things you don't want to do, before you can do the things you truly want to do." #little_note Other sentences: 1. High risk, high return 2. Particular price is for particular result It hurts! Suddenly, I'm remembering Al-Baqaraa verse 216. But, Concious is not enough except a big change of action. Yeah, something is like that. Life is like that. *Oke, my little crap! Bandarlampung. 23-9-2014 Prima Helaubudi

Berkah Adalah yang Terpenting

Aku akan membagikan apa yang dahulu tamong (nenek, dalam bahasa Lampung) dari pihak ayah nasihatkan kepadaku. Selaku cucu tertua, aku adalah salah seorang yang sering “terjebak” dalam situasi harus tahu semua masalah dan juga mengajak bicara tetua dari keluarga. Meskipun, kuakui, aku tidak suka jika memaksa diriku sendiri memulai pembicaraan yang sebenarnya tidak ingin aku mulai. Di suatu siang, aku menanyakan kepada tamong—semasa hidup—bagaimana kehidupan beliau semasa muda. Dan seperti banyak kisah yang kutemukan, hidup tamong dan datuk (kakek, dalam bahasa Lampung) tidak mudah. Aku menanyakan bagaimana dahulu ketika tamong dan datukku mencari dana untuk kuliah anak-anaknya. Terutama kuliah tanteku yang kini berprofesi sebagai seorang dokter. Sedikit informasi, tanteku gemar membaca dan menurutku pribadi sangat ambisius mengejar cita-citanya. Ini suatu pujian dalam derajat tertentu dariku. Tamongku bercerita sembari memandang cahaya kemilau di balik asoka merah yang

Ketika Frontal Tak Selalu Jadi Pilihan

Ini adalah rangkaian kejadian sewaktu puasa tahun ini. Aku memiliki kawan-kawan yang selama satu tahun kami mengaji bersama. Kemudian, kami berpisah. Kami mengambil pilihan masing-masing dan masih santai mengobrol. Suatu hari, kedua adik tingkatku ini datang. Ya, mereka lebih muda dariku... yah, bedanya tidak jauh amatlah. Salah satu sekarang berkuliah di Palembang. Kemudian, kembali ke Lampung dalam rangka libur akhir Lebaran. Kami bertiga kumpul di rumah(orang tua)ku. Salah satu hal yang menyenangkan dari mereka adalah: mudah diajak diskusi. Diskusi di antara kami juga terbilang nyaman. Tidak ada agresi yang keras atau rasa ingin mengintimidasi. Kami sama-sama tidak suka diperlakukan demikian. Selanjutnya, mereka cerdas. Mereka bisa mengelola perbedaan dengan baik. Jarang yang kutemui demikian. Dan aku sudah sampai tahap malas untuk debat atau cukup bodoh untuk dimanipulasi. Setelah bertukar kabar, kami berbagi cerita: A              : “Jadi gitu, Mbak Prim.” B        

Fill You Again

Hi, nice to fill you again, My Beloved Blog... :-) Beberapa waktu aku sedikit menghilang dari peredaran dunia maya. Banyak sekali hal berbau dunia nyata yang membuatku tidak terlalu bisa meluangkan waktu untuk membagi duniaku dalam bentuk tulisan. Atau bisa jadi karena aku terlalu banyak malas sehingga mempunyai seribu alasan untuk tidak mengisinya. Bisa jadi juga. Di sisi lain, aku punya ragam kehidupan yang sedang terputar-putar sekarang. Sedikit banyak membuatku agak kewalahan dibuatnya. Banyak hal yang lagi-lagi harus kupikirkan ulang karena aku memang pemikir. Aku juga memiliki segudang cerita yang sudah lama ingin aku ceritakan; tuliskan. Tapi masih bersarang dan bergumam tanpa arah di dalam kepalaku. Aku masih menimbang-nimbang dengan lamanya apakah semua ini patut dan baik untuk disampaikan? Apakah bernilai pahala ataukah nantinya terlalu banyak drama tidak penting? Aku mengalami perubahan bahasan dan topik yang mungkin banyak orang bahkan tahu bahwa diam-diam aku