Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2015

Kenangan #14

Konsumsilah api dan es. Jangan hanya satu diantaranya. Nanti kau terbujur kaku. Potensi masing-masing mereka untuk membunuh ada di daftar nomor satu. Jadi, jadikan saja mereka satu dengan porsi yang seimbang. Asup saja mereka dengan interval yang sama, agar hasilnya sempurna. Bandarlampung, 31 Desember 2010 Prima Helaubudi Via Facebook

Kenangan #13

Kalau ingin lukiskan langit biru tanpa rintang, haruskah kucemari ia dengan cat biru pudar? Atau harus kusapu dengan krayon kasar? Mungkin, lebih baik kupandangi langitnya sekalian saja! Bandarlampung, 30 Desember 2010 Prima Helaubudi Via Facebook

Kenangan #12

Pada kanvas, aku ingin menggambar sketsa awan putih berkilauan. Lalu kusadari, kanvas telah putih sebelumnya. Namun, dimana kilaunya dan bagaimana melukiskan kilaunya? Aku tak pernah mampu. Bandarlampung, 30 Desember 2010 Prima Helaubudi Via Facebook

Kenangan #11

Senja itu merekah merah. Padamnya adalah suatu ketetapan. Akan pergi, tapi kembali senja itu belum suatu yang pasti. Bukan. Bukan senjanya. Tapi si tokoh "aku". Senja lumrah memalingkan wajahnya pula. Bukan. Bukan hanya si tokoh "aku". Sudahlah! Tunggu saja akhirnya meskipun semua terasa bergejolak. Apalah artinya menunggu seribu malam demi satu senja indah itu? Bandarlampung, 12 Desember 2010 Prima Helaubudi Via Facebook

Kenangan #10

Kesepian merayap di tiang-tiang hati. Meluruhkan kilau cahaya ufuk. Menuntunku pada senyap. Mengeciapkan kecupan-kecupan berparas dingin di sudut maya. Seperti hilang kendali. Atau diri? Mati suri dalam lembab. Bandarlampung, 28 November 2010 Prima Helaubudi Via Facebook

Kenangan #9

Aku berucap kala pagi menyambut. Sisiran malam yg tersingkir lembut. Atau cuaca yang berangsur luluh panas. Gemerayap lilin dan metafora mimpi berubah seolah hanya fatamorgana yang bersifat semu. Dunia berotasi mengantarkan penghuninya pada hari yang baru. Pada nikmat baru. -umur hari ini- Bandarlampung, 27 November 2010 Prima Helaubudi Via Facebook