Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2016

Pada Suatu Titik

Gambar
Masa sweet seventeen- ku sudah berakhir tujuh tahun yang lalu. Jikalau ada umur, tahun depan aku akan menapaki usia 25 tahun. Seperempat abad. Sebagai seorang yang sudah “tua” ini, tentu tidak ada waktu untuk galau lagi, ya? Apalagi aku sudah berkeluarga. Meskipun aku sendiri sudah dapat sertifikat seseorang bahwa aku adalah orang yang dewasa—yang dia labeli usiaku dengan 36 tahun. Pada titik ini, aku sudah sangat jarang merenung melihat masa lalu. Tapi sekalinya merenung, aku dicekam rasa sakit namun melegakan. Rasanya seperti menangis sesenggukan, kemudian ada semilir angin yang menerpa wajah. Mungkin ini analogi paling bagus yang bisa kubuat. Ada tebing yang curam, ada rasa sakit, ditinggalkan, rencana-rencana yang gagal, dan beragam onak lainnya yang mencengkram. Akupun sendiri heran dengan diriku. Kenapa aku memandang dengan demikian suram? Padahal di sana ada keceriaan lain. Entahlah. Mungkin karena kehidupanku “sedikit berbeda dari orang dengan batas normal wajar yang la

Suami-Istri

Satu kamar dengan dua orang berbeda. Ada diriku yang membaca Pablo Neruda. Ada dirimu yang mengikuti politika. Aku menjerang setiap wajah yang tak kukenali di jalan-jalan. Sementara kau memilih merajang-rajangnya sebagai hiasan ranjang. Setiap kita membentuk kalimat tanya, Salju di antara kita meleleh tentang apa? Tentang apa erang jam berdentang. Tapi kemudian kita merasa utuh dalam ketidaklengkapan pengetahuan kita masing-masing. Sebaris puisi mungkin tak bisa menjembatani. Sebuah argumen tak selalu meraup kemenangan kini. Tersisa diri kita yang tersisi satu sama lain--hingga nanti. Bandarlampung, 11/11/2016 Prima Helaubudi