Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2018

Pakaian, Air, dan Tempat Memijak Sampai Akhir

Apa yang dipakai oleh jiwa musafir-petapa pencari ilmu? Ilmu adalah pakaian labuh untuk mereka yang menggigil karena dinginnya kepolosan akan fakta dunia. Ilmu melindungimu dengan ratusan bahkan ribuan pedang-pedangnya. Menjadikan seorang budak seperti merdeka. Berjalan di atas ideologi yang diyakini takkan pernah tiada. Ilmu ibarat tetesan air yang memancarkan bias warna. Serupa prisma kecil namun tak tersentuh oleh orang yang ingin berkuasa atasnya. Saat orang ingin berkuasa atasnya, ilmu membuyar; pecah seakan kristal lembut yang tetiba menghilang di udara. Berkuasa dengan sebenarnya atas ilmu, mengharuskan pencarinya menenggelamkan diri dengan rela dalam samudra yang dalam. Menjadikan ilmu yang berkuasa atasnya. Mengambil alih hawa nafsunya. Dan hanya dengan itu; ia dapat selamat. Gelap. Pada kegelapan yang hakiki itu, engkau akan menemukan setitik cahaya laiknya kunang-kunang dalam kegelapan. Cahaya itu menyibak, berbagai kehidupan yang tadinya tidak terlihat ada--men

Terlambat Berjuang

Tidak mengapa bagimu untuk terlambat. Terlambat hanya sesuatu yang manusiawi. Pada kehidupan yang membutuhkan perjuangan, banyak sekali kejadian berkenaan dengan terlambat. Ada yang terlambat memperjuangkan --seorang yang dicintainya. Ada yang terlambat mengejar impiannya. Ada yang terlambat menyadari kesalahannya. Ada yang terlambat masuk ke kelas kuliahnya. Ada yang terlambat menikah. Ada yang terlambat mempunyai anak. Semua tentang terlambat adalah pelajaran --dari Rabb-mu untukmu secara pribadi. Terlambat sering berbuah sesal. Tak apa engkau menyesal. Selama engkau menobatinya --untuk berubah menjadi lebih baik. Belajar menghargai waktu yang ada. Tak apa engkau terlambat. Engkau masih bisa mengejar, atau bahkan mengulang. Engkau hanya butuh berhenti berfikir dan menjalankan dengan teguh. Nantinya, engkau akan terheran dengan keteguhanmu sendiri. Selama itu adalah perkara yang benar, baik, penting untukmu, dan sekitarmu. Tak

Sekuel(?)

Gambar
A pa yang kamu pikirkan saat ada sekuel dari cerita, buku, atau film yang kamu sukai setelah ada kata “tamat” sebelumnya? Kalau aku pribadi, sangat tidak suka dengan adanya sekuel dari cerita, buku, atau film yang telah aku dengar, baca, dan/atau lihat sebelumnya. Sebab, dengan adanya sekuel, ada sebuah beban dari apa yang sebelumnya telah selesai. Ada ekspektasi yang tinggi bahwa sekuel seharusnya lebih baik dari sebelumnya. Di sisi lain, timbul rasa malas. Seolah ditarik ulur oleh sebuah benang tak kasat mata dari apa yang sebelumnya telah disudahi. Sesuatu yang telah selesai dalam hidup, ada baiknya memang berheti. Titik. Tidak ditambahi lagi. Adakalanya, dengan ditambahi babak tambahan, bukannya mempermanis kenangan justru memperburuknya. Ada masa di mana kita harus memang berhenti dan mengucapkan selamat tinggal pada adegan hidup kita.   Saat sekuel itu dijalankan, ternyata kenangan tidak berbuah semakin manis. Tapi justru menjadi buruk dan berubah menjadi

Setiap Manusia Berjuang

Setiap manusia berjuang--baik muslim maupun kafir--di dunia ini. Bahkan mereka yang memilih diam; tidak berjuang pun, harus berjuang melawan segala kebutuhan jasmaniahnya. Bandarlampung, 20/01/2018 Prima Helaubudi WA statusku waktu yang--belum terlalu--lampau.

Waktu yang Paling Berharga

Waktu yang paling berharga adalah waktu di mana manusia tidak berada di sisimu. Sebab kamu bisa menjadi sebenar-benarnya dirimu. Bandarlampung, 20/01/2018 Prima Helaubudi

Benarkah Kamu Mengenalnya?

Gambar
Sumber: https://www.google.com/imgres?imgurl=http%3A%2F%2Fshuneo.net%2Fwp-content%2Fuploads%2F2017%2F06%2Ffriendship.jpg&imgrefurl=http%3A%2F%2Fshuneo.net%2Frelationship%2Farti-seorang-sahabat-dalam-65-kata-bijak-tentang-persahabatan%2F&docid=fsSUkttpIGYQWM&tbnid=dFRqY6TjBc--GM%3A&vet=10ahUKEwiQs9jsz8PYAhUBp48KHXKkBxwQMwhgKCkwKQ..i&w=750&h=422&client=firefox-b&bih=736&biw=1525&q=sahabat&ved=0ahUKEwiQs9jsz8PYAhUBp48KHXKkBxwQMwhgKCkwKQ&iact=mrc&uact=8 Benarkah kamu mengenal sahabatmu? Well, aku belakangan ini mendapatkan pengalaman tidak menyenangkan dengan seseorang yang aku labeli sebagai seorang sahabat. Aku menghadapi kerugian yang lumayan. Kerugian yang paling besar adalah: berkurangnya rasa percaya kepada orang lain (perihal sesuatu yang dirugikan tersebut). Akibat hal itu, aku berkontemplasi ulang. Siapa sih dia ini? Kenapa aku labeli sahabat? Kapan pertama kali aku mengenalnya? Semua pertanyaan 5W + 1H